Saturday, October 26, 2013

Shocking Obituary of Dad

Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali.

Pagi itu, Sabtu, 19 Oktober 2013, tepat seminggu yang lalu, berita itu menyebar dengan cepat. Banyak yang tidak percaya dengan berita itu. Sebagian harus bertanya dua kali tentang apa yang sebenarnya terjadi. Sebagian yang lain hanya terdiam sesaat setelah mendengarnya. Rumah menjadi begitu ramai, tangis semakin pecah di antara saudara dan kerabat, diselingi hentakan hati yang masih tidak percaya akan takdir yang sudah ditetapkan.

Ada apa sebenarnya di pagi itu?

Abi meninggal.

Pagi itu Abi jogging seperti yang biasa ia lakukan ketika berada di rumah. Dengan membawa sepeda, ia berlari tanpa menaiki sepedanya. Abi selalu menyapa kepada siapapun yang berpapasan dengannya. Bahkan pagi itu ia bertemu dengan Tante Linda juga Mbah Anto dan Mbah Tarmi, saudara dari keluarga Ibu Mertuanya. Entah bagaimana ceritanya hingga Abi berhenti di depan sebuah klinik. Abi melepaskan sepeda dengan menyetandarkan sepeda terlebih dahulu. Dan tiba-tiba ia terjatuh….

Setelah beberapa saat, berita pun menyebar di telinga saudara, kerabat, dan kolega. Tidak ada yang percaya akan berita itu karena setahu mereka Abi adalah sosok yang kuat dan tidak pernah memiliki penyakit berat. Terutama Ummi. Ummi sangat tidak percaya, sangat terpukul. Hari itu mungkin hari terburuk bagi Ummi. Belahan jiwanya yang sudah lebih dari dua puluh tahun bersama meninggalkannya untuk selamanya. Kalau aku? Jangan tanya!

Dokter yang berada di klinik tempat Abi terjatuh menyatakan bahwa itu adalah serangan jantung secara tiba-tiba. Serangan jantung ini dapat diderita oleh siapapun, bahkan orang sehat. Penyakit ini disebabkan oleh kelelahan akut. Sungguh mengerikan.

Tidak dipungkiri bahwa Abi mungkin memang kelelahan, mengingat ia baru saja tiba jumat dini hari dari Serang karena adik pertamaku, Lala, kejang-kejang. Hal itu sangat mendesak karena sudah dua kali terjadi pada Lala. Jumat pagi Abi membawa adik pertamaku untuk berobat. Tidak cukup istirahat karena Abi mengurusi Lala.

***

Jadi, sekarang apa? Setelah satu minggu melewati hari-hari dengan mengetahui bahwa Abi telah tiada. Sungguh berat, apalagi bagiku sebagai anak pertama. Sebagai pengganti Abi untuk keluarga. aku tidak pernah berpikir bahwa Abi akan meninggalkanku secepat ini.

Aku bahkan tidak memandikannya, tidak membawa jasadnya menuju tempat peristirahatannya yang terakhir, tidak menyolatinya langsung di depannya. Aku juga tidak melihat wajahnya untuk yang terakhir kali karena perjalanan yang memakan waktu. Aku di Tangerang, Abi di Cilacap. Aku sedih, tentu saja. Aku merasa bahwa aku tidak berguna, bahkan untuk mengeluarkan kotoran dari duburnya pun aku tidak bisa. Tapi bagaimana lagi, hari semakin sore dan memang harus secepatnya untuk menguburkan jasad Abi. Aku mengikhlaskannya, walau sejujurnya sangat berat.

Terakhir kali aku bertatap muka dengan Abi adalah hari Kamis tanggal 26 September lalu ketika kami semua mengantarkan pakde dan bude berangkat haji. Waktu itu kami makan siang bersama di rumah makan padang. Abi terlihat begitu senang dan menyenangkan, tawa selalu ada dalam mobil yang kita gunakan untuk mengantar rombongan haji. Bahkan aku bertemu dengan Abi dua minggu sebelum Abi meninggal. But, who knows? Only God knows.

Tidak ada firasat, tidak ada tanda-tanda, semua berjalan sesuai rencana Allah, sesuai kehendak-Nya. Terlalu banyak kenangan yang terpatri dalam hati dengan sosok Abi. Sosok yang selalu memberikan kekuatan dan ketegasan dalam setiap perkataan dan perbuatannya. Sosok teladan bagi seluruh keluarga. Sosok yang selalu memberi kehangatan dan keceriaan. Sosok yang akan selalu dikenang karena kebaikannya, Insha Allah….

Satu minggu adalah waktu yang terlalu singkat untuk langsung menghilangkan kesedihan. Tetapi, hidup harus terus berjalan dan aku harus menerima apa yang dikehendaki oleh Allah. Aku harus terus berjuang demi keluarga. Cepat atau lambat kita akan merasakan kehilangan, merasakan kematian, merasakan hilang dari kehidupan di dunia.

Aku berdoa semoga arwah Abi diterima di sisi Allah, diampuni segala dosa-dosanya, dan mendapatkan tempat yang baik oleh Allah. Semoga aku dapat meneruskan perjuangan Abi. Semoga Ummi dapat tegar menghadapi hidup. Semoga adik-adikku mendapatkan apa yang seharusnya mereka dapatkan. Insha Allah….

Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali.

Tangerang, 26 Oktober 2013

(ketika doa menyatukan hidup dan mati)

Monday, October 7, 2013

Two Decades in October, 7th

Oke. Sebenarnya ini tidak begitu penting untuk ditulis, tapi, ayolah … ini kan ulang tahunku sendiri. Aku akan buat sesuatu tentang hari ini. Walaupun tidak menghasilkan suatu barang tapi menghasilkan suatu memori yang sangat perlu untuk disebut kenang-kenangan.

Jadi, dua puluh tahun yang lalu aku dilahirkan dari rahim ibuku. Dengan perawatan yang baik dan segala sesuatu yang diberikan oleh kedua orang tua dan keluargaku, aku masih bisa bernafas hingga detik ini, detik ketika aku mengetik sesuatu untuk blogku. Aku bersyukur tentu saja. Tetapi yang terpenting adalah aku masih bisa melakukan apapun yang aku dan kedua orang tuaku inginkan.

Tidak ada yang spesial di hari ini. Sungguh! Hanya hari senin biasa ketika aku berangkat ke kampus di teriknya sore untuk menimba ilmu. Kecuali orang-orang yang kukenal, tak ada seseorang pun yang mengetahui ini hari spesialku. Mungkin bila aku mengenakan kalung bertuliskan: “Hari ini adalah hari ulang tahunku,” itu akan menjadi berbeda. Tapi, benarkah aku mau melakukannya?

Ya. Cukup aku dan orang-orang terdekatku saja yang tahu tentang hari ini. Bertubi-tubi ucapan selamat mereka lontarkan bagai anak panah yang diterbangkan oleh para ksatria untuk melawan musuh. Oh, itu terlalu jauh! Fantasimu mulai berulah! Aku mendapatkannya melalui pesan sms, posting wall di facebook, kicauan di twitter, chat di whatsapp, dan e-mail yang masuk. Lengkap sekali!

Ucapan pertama yang kudapat adalah dari ibuku, yang tidak lama berselang pacarku juga memberikan ucapan. Keduanya melalui pesan singkat. Ya, aku memang bodoh karena tidak menunggu pukul 12 pagi untuk sejenak merayakan detik-detik hari jadiku. Tapi apa itu penting? Tidurlah yang lebih penting. Jadi, kuputuskan untuk tidur saja dan mengubah profil ponsel menjadi airplane mode (itu yang selalu kulakukan ketika hendak tidur). Dan ketika aku bangun, dua pesan singkat itu masuk secara bersamaan. Selanjutnya adalah ayahku. Ternyata dia tidak lupa.

Dia, Mom, dan Dad

Selanjutnya adalah posting wall di facebook-ku. Aku sangat bersyukur karena banyak yang memberiku ucapan di sana. Sekitar empat puluhan lebih teman-teman memberikan ucapan selamat dan mendoakan yang terbaik buatku. Sayang sekali, aku tidak bisa menyebutkan satu-satu ucapan itu. Aku hanya perlu mengamini perlakuan tulus mereka yang peduli kepadaku.

Total

Selain di dinding facebook, ucapan selamat juga diberikan melalui dinding grup yang kubuat: Penggemar Novel Fantasi Indonesia. Aku terharu melihat hal itu. Itu berarti aku sangat dihargai di sana. Walaupun kami tidak pernah bertatap muka secara langsung, tapi kita bagaikan saudara yang saling sharing tentang novel fantasi (tentu saja) dan berbagai macam ejekan menggelikan. Kebanyakan dari mereka berharap aku memiliki lebih banyak buku dan membaginya dengan mereka. Aku mengamininya, toh aku memang suka memiliki banyak buku.

Posting di Dinding Grup Penggemar Novel Fantasi Indonesia

Lalu ada juga yang memberi selamat melalui kicauan di twitter.

Kicauan Mereka di Twitter
Dan tidak lupa aku mengecek e-mailku barangkali ada yang memberi selamat. Ternyata ada yaitu dari kaskus dan salah satu website jualan atau spam. Aku tidak menyalahkan dan tidak terlalu memikirkan. Mereka akan selalu mengirimkan ucapan selamat kepada e-mail yang mereka miliki di database mereka dengan melihat tanggal lahir orang yang berulang tahun. Tapi itu bukan masalah. Bahkan google pun mengganti huruf G-O-O-G-L-E di website dengan kue ulang tahun dengan ucapan “happy birthday.” Haha. Aku menganggap itu sebagai pujian.

Google Mengucapkan Selamat

Nah yang terakhir adalah chat di grup Whatsapp. Terlihat sangat gaul bukan? Oh, aku baru dua puluh kok! Ada tiga grup: Twist’er Crew (grup alumni SMA sekelasku), Fantasy Bookworm (grup penggemar novel dan buku, mereka adalah member grup PNFI di facebook yang memiliki Whatsapp), dan Something Wrong (grup yang memang ada sesuatu yang salah di dalamnya. Bukan, bukan. Itu grup teman-teman terdekatku). Mereka semua memberi ucapan selamat kepadaku.

Twist'er Crew

Fantasy Bookworm

Something Wrong

Dan sedikit informasi yang aku juga baru tahu. Bahwa aku terlahir di hari jadinya kota Yogyakarta. Lalu, apa? Tidak! Aku hanya berpikir bahwa mungkin aku bisa sedikit berkorelasi dengan kota itu. Kota dimana adat-istiadatnya masih terjaga dan sangat idaman untuk para masyarakatnya, mungkin bisa dihubungkan dengan aku yang harus bisa menjaga kesopanan dan keramahan diri. Itu saja!

Aku tidak tahu apa gunanya aku menulis ini. Aku hanya ingin membuat peringatan dua dekade punyaku sendiri supaya aku tahu betapa aku sangat bersyukur pada Allah atas segala yang telah diberikan kepadaku hingga aku ber-dua dekade. Selain itu, sebagai pengingat ketika aku berusia tiga puluh atau bahkan empat puluh tahun, jika Allah mengijinkan; bahwa aku pernah berumur dua puluh, bahwa aku pernah remaja yang terkadang aku sendiri tidak tahu cara mendeskripsikannya karena aku terlalu kurang pergaulan dan sosialisasi dengan teman sebaya.

Di umurku yang baru ini, aku membuat komitmen untuk menjadi seorang lelaki yang lebih dewasa, yang selalu menahan nafsu amarah dan birahi, juga lebih mengerti arti kehidupan yang akan melembut ketika kita bekerja keras dan akan menjadi keras ketika kita melembut. Entah apa yang kukatakan, tapi memang begitulah hidup. Komitmen? Bukan, itu adalah doa atas diriku sendiri.

Dirgahayu yang ke-20 tahun, diriku! Semoga bisa membanggakan setiap orang yang sudah memberimu kehidupan baik itu sedikit, apalagi yang banyak. Semoga menjadi penolong ketika ada yang membutuhkan dan menjadi pemberi ketika ada yang meminta. Jaga terus imanmu, berpegang teguhlah pada ajaran agamamu yang lurus. Amin.


Tangerang, 7 Oktober 2013
(ketika umur bertambah dan kesempatan hidup berkurang)

Saturday, October 5, 2013

Maybe, There was Something Wrong with My ... What?!


Welcome October! Aku harap bulan ini adalah bulan terbaikku, atau paling tidak bulan yang baik untukku. Entah kenapa, setiap manusia mengaggap bulan kelahiran mereka merupakan bulan kebaikan mereka. Tapi, tidak ada salahnya, karena bulan itu merupakan bulan pertama kali mereka dilahirkan ke dunia. Yeah, me too….

Aku sangat optimis dengan semester ini, semester kelima dari perkuliahanku. Semester penentuan karena latihan membuat Tugas Akhir ada di semester ini. Bila aku gagal, mungkin di semester selanjutnya aku akan kesulitan membuat Tugas Akhir. Aku sangat berharap peminatan yang beberapa bulan lalu sudah kupilih menjadi hal yang bagus bagiku kelak. Oh, kalau kalian tahu tentang apa yang terjadi tentang ini…. Itu sangat menjengkelkan. Akan kuberi tahu.

Ya, aku terlalu berharap. Aku tidak ada dalam kelas yang sesuai dengan peminatan yang kupilih. Awalnya, aku pikir itu merupakan kesalahan server karena terlalu banyak mahasiswa yang berada di semester lima. Mungkin sang operator server di sana tidak terlalu jeli untuk mengetiknya. Mungkin aku salah melihat. Segala hal kaulakukan agar apa yang seharusnya kau dapatkan itu terjadi. Oh, that’s a quote! Write it down! Aku terus menerus mengecek jadwal di website kampus, tapi tidak terjadi perubahan hingga perkuliahan dimulai.

Aku mulai berpikir bahwa mungkin aku salah mengklik button pilihan waktu itu, tapi tentu saja tidak. Aku punya bukti. Malahan aku tulis di blog untuk sesuatu yang penting seperti itu. Pada awal perkuliahan, aku bertanya pada teman-teman mengenai hal ini, dan … mereka juga mendapatkan hal yang sama. Kecuali mereka yang telah memilih pemilihan itu.

Jadi, ceritanya, pada semester empat lalu para mahasiswa semester empat diberikan pilihan untuk memilih peminatan dari jurusan yang mereka tempuh dan aku memilih Business Programming untuk aku dalami di semester lima. Tapi pada awal semester lima aku mendapat jadwal kuliah untuk Web Programming, begitu juga dengan teman-teman semester yang sama denganku. Tentu saja mahasiswa yang memilih selain Web Programming, termasuk aku resah mengapa tidak cocok dengan peminatan yang sudah kami pilih. Setelah kami konfirmasi, jawaban dari pihak akademi sungguh mengejutkan: karena peminatan Web Programming adalah yang terbanyak dipilih oleh para mahasiswa.

Jadwal Kuliah Semester Lima


Wow! Mengejutkan! Setelah apa yang sudah kami lewati, kami tidak mendapatkan apa yang seharuskan kami dapatkan. Dan itu membuat kami malas berangkat kuliah. Khususnya aku yang tidak mendapatkan hak atas pilihanku. Setengah hati kaulakukan apa yang tidak ingin kaulakukan. But, yeah, of course I’m trying!

Lalu, pertanyaan selanjutnya muncul: mengapa pada waktu itu kami diminta “memilih”? Tentu saja kami akan menunggu dan menagih apa yang kami pilih. Mengapa mereka tidak meminta kami untuk “memberi suara” saja? Sedikit saja kata dalam kalimat yang kau katakan itu salah, maka itu akan membuat persepsi yang berbeda. Oh, that’s also a quote. Write it down! Hurry!

And the last question is: what’s wrong with my college? So damn, I don’t know!

***

Selanjutnya aku akan bercerita sedikit tentang kisahku, tentang seseorang yang sedikit bingung dengan dirinya sendiri. Pernahkan kalian merasakannya juga? Pernahkah kalian berpikir hal itu? Walau hanya sesaat? I guess so…

Jadi, mengapa aku bingung? Suatu saat aku bertingkah seperti layaknya seorang suci yang baru keluar dari masjid setelah melakukan ibadah dengan khusuk. Aku yang selalu bersyukur atas karunia Tuhan dan selalu meminta ampun atas segala dosa yang telah kuperbuat. Oh ya, aku selalu berpikir positif dan tenang pada saat aku menjadi dia.

Tapi tidak jarang aku bertingkah seperti seorang kafir yang bahkan tidak akan berhenti membaca novel atau menonton film  pada saat adzan berkumandang yang seharusnya aku meninggalkan semuanya dan beranjak menuju masjid. Aku bahkan tetap santai melakukan hal-hal semacam itu, bahkan berharap adzan itu segera selesai karena sangat mengganggu. Dia sungguh kafir pada saat itu.

So… what’s wrong with my soul? Let me tell me something. What did I say?

Jadi, bagaimana ya…? Emm…. Manusia memang makhluk yang tidak mudah ditebak, bahkan sebaik atau seburuk apapun mereka. Mereka yang dulunya pemuja Tuhannya yang taat, sekarang berganti menjadi preman kampung yang ketat. Dan sebaliknya. Itulah manusia.

Maka dari itu, Tuhan selalu memberi penawaran yang luar biasa melalui firman-Nya. Bahkan penawaran yang apabila kita mengambilnya kita akan untung besar tanpa merugikan Sang Empunya sedikitpun. Penawaran untuk selalu berteguh diri pada keimanan-Nya. Tuhan akan membayar bagi mereka yang selalu melakukan itu, yang selalu taat, yaitu surga yang indah. Yang kita bahkan kekal berada di dalamnya. Yang kita bahkan bisa meminum anggur dan susu dari sungai-sungai yang mengalir di bawahnya. Yang kita bahkan mendapatkan segala yang kita inginkan pada saat memikirkannya.

Oh, sungguh hal itu sangat indah dan aku, khususnya, akan selalu mencoba dan terus berlatih untuk menerima penawaran itu, penawaran yang kita akan untung besar suatu hari nanti. Tuhan sudah berjanji dan janji-Nya tak akan diingkari.

Tentu saja penawaran adalah penawaran. Tidak semua manusia mengambil penawaran itu. Mereka selalu berpikir bahwa dunia ini adalah surga terindah mereka. Yo, you know what I mean yo…. (Inspired by the series I’m watching now: Breaking Bad Season 1. So funny, btw.)

***

Ya … pada akhirnya aku berpikir bahwa semua ini adalah ketetapan Tuhan yang Maha. Bahkan dari apa yang aku pilih dan pinta, tidak selalu kudapatkan secara cuma-cuma dan segera. Butuh waktu. Mungkin digantikan dengan yang lebih suitable untukku.

Aku sudah akan 20 tahun beberapa hari lagi. Aku berharap pada diriku untuk bersikap lebih dewasa dan lebih mengerti arti hidup.

Finally, the question is: what’s wrong with all of mine? And the answer is: there’s no wrong with it. That’s all right, in the hand of God. Only God knows.


Tangerang, 5 Oktober 2013
(Ketika hal yang salah berubah menjadi mimpi indah)

Wednesday, October 2, 2013

Group's Event: Reading Challenge #2

Oke ini adalah catatan kaki mengenai Reading Challenge kedua di grup “Penggemar Novel Fantasi Indonesia” yang dilaksanakan selama satu bulan dari tanggal 1 sampai 30 September 2013 dengan saya sendiri sebagai host-nya.

Kita mulai darimana? Format acara Reading Challenge. Setiap Reading Challenge memiliki perbedaan, tapi dengan dasar yang sama: membuat review atas buku yang sudah ditentukan untuk dibaca. Jadi, event ini dibuat untuk meningkatkan kreativitas dan imajinasi para penggemar novel fantasi supaya mereka tidak hanya gemar membeli novel tebal dan membacanya saja, yang sepertinya semua orang bisa lakukan. Mereka ditawarkan untuk membuat review atau ulasan tentang apa yang mereka baca, tentu saja dengan subjektivitas mereka masing-masing yang dapat mengasah tingkat kreativitas individunya. Menarik bukan?

Selanjutnya adalah pemilihan novel fantasi untuk bahan ulasan. Hal ini penting karena setiap individu memiliki kegemaran sendiri tentang jenis novel fantasi yang mereka baca. Dan untuk RC kedua ini, sudah disepakati untuk memilih novel fantasi lokal sebagai bacaan untuk di-review. Mengapa? Karena tidak banyak yang tahu novel fantasi lokal itu seperti apa; bagaimana cerita dan rasa  yang disuguhkan para penulis lokal. Selain itu, dalam event RC pertama sudah dilaksanakan untuk membaca novel fantasi luar negeri. Dan novel yang terpilih untuk RC kedua ini adalah Planetes karya Ziggy Zee.


Planetes by Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie
Setelah kedua hal itu disepakati, RC pun dilaksanakan dengan harapan setiap individu mengikuti acara tersebut. Tapi sayang begitu sayang, hingga hari ke-dua puluh enam baru ada tiga individu yang menyetor hasil review mereka. Hingga host memberi penegasan apabila hingga deadline pengumpulan review hanya berjumlah lima atau kurang dari lima maka event terpaksa dibatalkan. Hal ini tentu aneh mengingat adanya hadiah yang harusnya menarik minat. Apa yang salah?

Pada batas akhir pengumpulan review, akhirnya ada enam individu yang mengikutinya dan otomatis acara tidak jadi dibatalkan. Syukurlah... Berikut ini review mereka berenam:

Setelah review terkumpul, selanjutnya adalah tahap penjurian. Ah! Saya lupa tentang para juri. Para juri adalah juga anggota grup yang berperan aktif dalam dunia perbukuan baik di dalam maupun di luar kehidupan maya mereka. Ada tiga orang juri dengan satu juri adalah pemenang dari RC sebelumnya.

Juri telah memberi penilaian mereka dan host telah menghitung totalnya. Pemenangnya adalah:
1. Gita Savitri Putri (257 poin)
2. Maryana Ulfah (251 poin)
3. Ambu Dian (243 poin)

Wow! Selamat kepada para pemenang! Juara pertama, kedua, dan ketiga masing-masing akan mendapatkan hadiah novel: Outcast of Pride karya Maximilian Surjadi, The Apuila's Child karya Ruwi Meita, dan Bara Aksadewa karya Mahfudz Asa. Silakan hubungi mas Dion Yulianto untuk pengambilan hadiah. Oh iya, untuk para pemenang dimohon untuk membuat review dari novel yang kalian dapat dan kirim ke mas Dion.

Acara ini terlaksana berkat para admin grup Penggemar Novel Fantasi Indonesia, para juri dan sponsor yang telah menghibahkan novelnya sebagai hadiah untuk Reading Challenge kali ini. Dan tidak lupa untuk Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie untuk novelnya yang sangat fantasi.

Ada sedikit catatan dari sponsor melalui mas Dion Yulianto tentang novel fantasi lokal Indonesia:
"Terima kasih kepada teman-teman semua yang sudah berpartisipasi dalam RC kali ini. Tidak lain tidak bukan tujuan saya memilh Planetes sebagai RC adalah untuk mengenalkan pembaca pada karya-karya penulis lokal agar mindset kita tidak dikuasai novel2 terjemahan asing.
Dengan begini, penulis pasti mendapatkan banyak sekali saran dan masukan di Goodreads dan blog. Sudah berkenan untuk membaca saja kami sudah berterima kasih, apalagi membuat-kan review-nya, apapun itu, kami sangat berterima kasih karena telah mencicipi Planetes. Semoga tidak kapok lagi ya kalau dapat RC lagi dari DIVA.
Hidup fiksi fantasi dalam negeri!"

Review dari host dan juri: